Sunday 22 August 2021

Nikmati prosesnya……….ohh……..Corona?

 

Oleh Laily Fauziyah

(Guru MA Al Hidayah Lajukidul Plus Ketrampilan)

 

 

            Melalui mesin pencari Geogle, Joko menemukan beberapa kasus berita kejahatan elektronik di masa pandemi. Kasus criminal yang dilakukan remaja berusia 19 tahun yang tergolong kejahatan luar biasa karena berhasil meraup keuntungan ratusan juta rupiah. Salah satu bentuk area kejahatan yang sangat dinamis karena bentuk pemerasan digital menggunakan ransomware  untuk mengenkripsi data dan file korban yang kemudian dijadikan sebagai bahan ancaman. Latar belakang tersangka yang merupakan mahasiswa di Universitas Swasta jurusan IT menjadikannya pribadi yang mahir dalam pemrograman.

            Joko teringat anak pertamanya yang suka menyendiri berkutat dengan Hp dan komputer tapi punya sisi lain yang tak terduga. Sebagai anak lelaki yang serba berkecukupan dan berlimpah segala fasilitas mewah menjadikannya pribadi yang acuh  dan introfet.

            Joko masih memandang tulisan dalam telepon pintarnya. Tetapi hati dan pikirannya melayang jauh ke masa lampaunya yang hidup dalam kesusahan. Hidup dan tinggal di pedesaan, jauh dari kenyamanan dan lengkapnya segala fasilitas serba mewah. Mengenang kembali masa di mana harus bekerja keras membantu orang tuanya yang hanya sebagai buruh tani. Hanya sekedar untuk mendapatkan uang jajan, Joko harus rela jalan berkilo-kilo meter untuk menjajakan es lilin, minuman yang sangat familier di masanya. Cacian, tertawaan, dan senyum sinis dari teman seusianya menjadi menu pahit yang biasa ditelannya setiap hari.

            Hingga suatu hari keberuntungan menyapanya. Sebuah pertemuan yang tak terduga membawanya pada keluarga kaya raya yang tak memiliki anak. Es lilin menjadikannya pribadi yang ramah karena terbiasa menjajakan dagangannya ke semua usia dan kalangan.

            “Namamu sopo cah bagus? Tanya ibu muda  yang setia menjadi pelanggan es lilinku.”

Joko Bu, sahutku tanpa gugup.

            Dari perbincangan awal itulah nasib baik menjadikanku diadopsi oleh keluarga Bu Mira dan suaminya Pak Anton. Kesopananku dan ketampanan wajahku menjadikan alasan mereka menemui orang tuaku bernegosiasi untuk menjadikanku sebagai anaknya.

            “Terserah awakmu Le, kata emakku” seng penting tetep eleng wong tuo lan dadi apike masa depanmu. Sejak saat itu kehidupanku merangkak berubah. Hari demi hari kulalui dengan keluarga baruku. Mereka memperlakukanku layaknya anak sendiri. Segala fasilitas dan kemewahan mulai mengakrabi hari-hariku.

            Seiring waktu kunikmati kemapananku dengan menjadi manager di perusahaan bonavid di Jakarta hasil dari koneksi orang tua angkatku. Segala kesibukan kunikmati dengan reward gaji besar yang masih bisa kusisihkan  untuk orang tua kandungku.

            Kunikmati hari demi hari dengan kemapanan yang kumiliki, terkumpul sedikit demi sedikit aset bukti kemajuan hidupku. Istri yang cantik, rumah mewah, deretan mobil dan barang-barang mewah menjadi kepuasan di balik waktu yang harus aku korbankan di luar rumah.

            Dasar anak bandel, atur waktumu, proritaskan hidupmu untuk sekolah demi masa depanmu, teriak istriku sambil menangis. Harus berapa kali lagi kau permalukan keluarga ini dengan keluar masuk kantor polisi dan ruangan kepala sekolah. Steven hanya diam dan masuk kamar dengan membanting pintu, hal yang selalu dilakukan ketika istriku memarahinya.

            Untuk kesekian kalinya istriku mengeluh tentang ke-mbelinganmu, selalu pulang malam dan tidak masuk sekolah. Tidak sepatah katapun aku luapkan untuk memarahi anakku karena kesusahan di masa lalu membuatku tak ingin dirasakan juga oleh anak-anakku. Kesibukanku di kantor dan kemewahan yang kuberikan sebagai ganti atas waktu yang kutinggalkan.

            “ Pah, anakmu di kantor polisi, cerita  istriku dibalik telpon selulernya sambil menangis. Untuk kesekian kali aku harus berurusan dengan polisi karena tingkah Steven anakku,  dan uang selalu menjadi solusi akhirnya, tapi tidak untuk  kali ini.

            Anakku harus berurusan dengan polisi karena sikap arogannya berkelahi dan menyebabkan luka parah dari anak seorang pejabat, dan korban tidak mau mencabut tuntutannya.

            Pasca kejadian tersebut menjadikan roda kehidupan kami berputar. Di tambah imbas pandemi menjadikan posisi dan jabatanku di Perusahaan dipertaruhkan. Sedikit demi sedikit harta kami terkuras untuk menutup kebutuhan kehidupan kami sehari-hari yang tak terhindarkan ditambah dengan Steven yang masih menjalani hukuman di Rumah Tahanan.

            Tonggak awal kehidupan baru kami rintis dari sisa sisa harta yang masih kami miliki. Usaha online dalam bidang kuliner kami pilih karena beruntung semasa kehidupan kami masih normal istriku hoby di dapur mengolah dan mencoba segala macam resep yang dia miliki dan lihat dari smartphone yang dia  miliki.

            “Pah, tolong antarkan kiriman COD ke beberapa pelanggan, seru istriku.” Membuyarkan lamunan panjangku.

            Kini hidupku berubah 180 derajat, Kuboyong  keluargaku ke Tuban , sebuah kota kecil di Jawa Timur, sekeluarnya Steven dari Rutan. Kampung masa kecilku yang mengingatkan perjuangan dan susahnya hidup kulalui. 

Syukur istriku tidak terlena dengan gaya hidup sosialita di masa kejayaan kami dan Steven yang sudah menerima kondisi dan mulai melanjutkan mimpinya  mempersiapkan tes masuk perguruan tinggi melalui jalur tes. Jalur prestasi urung dia pilih karena kasus criminal yang sempat dilakukan walaupun dia layak untuk itu, anakku tergolong pandai secara akademis dan sisi yang berbeda sering melakukan kenakalan di luar jam sekolah. Sekolah secara online menjadi keuntungan tersendiri bagi Steven lebih banyak berada di rumah. Online menjadi hal baru yang mengasyikkan di tengah kemampuan awalnya yang memang sudah mumpuni dengan teknologi.

“ Pah,  hari ini jadual ujian online UTBK (Ujian Masuk Perguruan Tinggi), tolong damping ya, pinta Steven, dengan senang hati jawabku.” Steven memutuskan mencoba jalur tes tulis untuk masuk di ITS, salah satu perguruan tinggi negeri favorit di Surabaya.

Ternyata Covid 19 menjadikanku lebih dekat dengan keluarga, lebih mengenal alam, lingkungan, dan menjadikanku lebih dekat dengan Sang Pencipta. Kulalui keterpurukan ekonomi keluargaku dengan menggali sisi positif dari keluargaku, kubuang egoku sebagai seseorang yang punya jabatan, kuposisikan diriku sebagai teman bagi anak-anakku, kujadikan tangisan istriku penyemangat baru dalam hidupku.

Kunikmati hari-hariku dengan menemani anak bungsuku Stevani, belajar secara daring. Kuikuti semua proses pembelajarannya di sekolah kecil, Madrasah Aliyah yang sangat “melek” teknologi untuk ukuran sekolah ndeso.

            Masih kuingat protes Stevani ketika kudaftarkan di MA Plus Ketrampilan itu. MA yang ada di kampung yang kutinggali. “Pah kenapa tidak mendaftar di SMA? Nama terlalu keren tidak cocok untuk sekolah di sini, protes Stevani yang tak kuhiraukan.

Kini hari-harinya disibukkan dengan browsing dan searching berbagai informasi untuk menuntaskan tugas dari guru-gurunya. Di samping tetep membantu istriku untuk memposting beberapa dagangan kuliner, bisnis baru yang sedang kami tekuni.

Melalui whatsapp groupmenjadikannnya semakin dekat dengan teman-temannya. Geogle classroom, zoom meeting menjadikannya berlatih berkomunikasi dan menumbuhkan rasa percaya diri yang sempat mengikis di tengah keterpurukan ekonomi keluarga kami. Walaupun masih ada juga guru yang memberikan tugas “baca LKS dan kerjakan halaman bla..bla..bla..lucu juga pikirku.

            “ Stevani tolong posting menu masakan kita hari ini, teriak istriku” Sebentar Maa..nangung masih mengerjakan tugas  Bahasa Indonesia teriaknya tak kalah keras, kunikmati keriuhan suara blender istriku dari dapur  dengan melihat smartphone Stevani yang ternyata sedang serius menyimak  pembelajaran tentang Surat Lamaran Pekerjaan melalui media pembelajaran OBS dari gurunya. Satu tahun lebih pandemi covid 19 ini menjadikanku akrab dengan beberapa istilah  media pembelajaran daring yang diikuti anakku.

Setiap malamku tak henti-hentinya kupanjatkan doa semoga corona ini cepat berakhir, kau kembalikan rasa percaya diri keluarga kami, hantarkan anak-anak kami mewujudkan impiannya, pulihkan proses pendidikan seperti sewajarnya dan bangkitkan perekonomian negeri ini,  Amiin…Amin..Ya Rabbal A’lamin………………………….

Saifuddin Ibrahim S. Pt. Powered by Blogger.